SEKILAS KAPET BUKARI

garis01.gif (11170 bytes)


Pernah mendengar nama Anoa? Itulah satwa langka yang terdapat dipropinsi Sulawesi Tenggara. Satwa langka lain yang terdapat disana adalah babi rusa. Kedua satwa itu terdapat di Taman Nasional Rawa Aopa dan Gunung Watumohae, daerah wisata yang juga dihuni oleh aneka satwa liar lainnya.

Gunung watumohai merupakan salah satu wilayah pegunungan yang terdapat diwilayah Sulawesi Tenggara. Soalnya, bentang alam propinsi ini memang berbukit-bukit dan berupa pegunungan, dengan ketinggian berkisar antara 500-2.800 meter diatas permukaan laut.

GEOGRAFI

kawasan Andalan Bukari Sulawesi Tenggara mempunyai potensi sumber daya alam (SDA) yang sangat besar dengan posisi geografisnya yang strategis, tepatnya terletak pada 121o 38’ BT- 122o 19’ BT dan 04o 27’ LS – 05o 35’ LS. Dengan latar belakang kultur budaya yang dinamis serta penduduknya ingin maju, Kawasan Bukari menyimpan berjuta aneka ragam hasil bumi. Namun, belum secara optimal dimanfaatkan untuk mendukung berkembangnya wilayahnya. Karena terbatasnya investor domistic maupun mancanegara yang ingin menanamkan modal di kawasan tersebut.

Padahal secara keseluruhan lahan di Sulawesi Tenggara luasnya mencapai 38.140 Kilometer persegi. Dari jumlah itu, berdasarkan tata guna lahan tahun 1990, meliputi areal hutan seluas 15.668 kilometer persegi, atau 41, 08 % dari total areal di Sulawesi Tenggara Yang secara terperrinci. Areal semak belukar dan padang rumput cukup luas masing-masung mencakup wilayah seluas 4.195 dan 3.700 kilometer persegi (11% dan 97%). Sisanya, dibawah rata-rata 5%, berupa areal sawah, perkebunan, pemukiman dan yang lainnya. Sungguh, merupakan permadani alam yang terhampar dan menyimpan serpihan zamrud katulistiwa.

Secara administratif Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas lima kabupaten/kotamadya daerah tingkat II, yaitu kabupaten Kendari, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Muna dan Kabupaten Buton dan kota madya Kendari yang sekaligus berfungsi sebagai ibukota propinsi. Selain itu terdapat satu kota administratif, yaitu Bau-Bau.

SOSIAL-EKONOMI

Pada tahun 1990, penduduk Sulawesi Tenggara berjumlah 1.357.300 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 36 jiwa per kilometer persegi. Wilayah yang paling padat penduduknya adalah kabupaten Buton, dengan kepadatan rata-rata 61 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan daerah yang paling jarang penduduknya adalah kabupaten Buton, dengan kepadatan rata-rata 61 jiwa per kilo meter persegi. Sedangkan daerah yang paling jarang penduduknya adalah kabupaten Kolaka, dengan kepadatan penduduk cuma 23 jiwa per kilometer persegi.

Penduduk usia kerja (10 tahun ke atas) berjumlah 907.706 orang atau 67,25% dari seluruh penduduk Sulawwesi Tenggara pada tahun 1990. Dari jumlah tersebut, yang termasuk angkatan kerja ada 547.542 orang – dan yang bekerja 539.542 orang. Dari seluruh angkatan kerja yang bekerja tersebut, sebagian besar mencari nafkah di sektor pertanian (68,8%). Sisanya terserap diberbagai sektor lain, yaitu sektor industri (7,9%) dan sektor jasa (23,3%).

Dilihat dari struktur perekonomiannya, sumbangan sektor pertanian terhadap Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) nonmigas di Sulawesi Tenggara sangat dominan, yakni 44,1 % pada tahun 1990. Kemudian diikuti peranan sektor jasa (20,6%), sektor perdagangan (12,9%), dan sektor industri. Meskipun masih dominan, pada tahun 1993 pangsa sektor pertanian dalam pembentukan PDRB tersebut turun menjadi 38,8 %. Sebaliknya, sektor industri mulai bergerak naik, hingga peranannya meningkat menjadi 7,2%.

Kemajuan yang dicapai perekonomian Sulawesi Tenggara diikuti pula oleh perkembangan yang semakin baik dalam kesejahteraan masyarakat. Hal ini terlihat dari berbagai indikator sosial yang mengalami peningkatan cukup berarti. Tingkat melek huruf, misalnya, meningkat dari 68,28% pada tahun 1971 menjadi 82,39% pada tahun 1994. Sedangkan angka kematian bayi perseribu kelahiran hidup menciut drastis, dari 45 menjadi 61 pada periode yang sama. Adapun angka harapan hidup mengalami peningkatan 45,90 tahun menjadi 62,13 tahun.

Gerak pembangunan yang dijalankan si Sulawesi Tenggara selama ini sudah menunjukkan hasil nyata. Dimasa yang akan datang, derap pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan semakin ditingkatkan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal ini terlihat dari sasaran pertumbuhan PDRB non migas sebesar 6,90% selama pembangunan jangka panjang (PJP) II.

Pada tahun 1995 kepadatan penduduk mencapai 33,06 jiwa/km2, dan jumlah transmigran 44.481 jiwa. Pada tahun 1995/96 dan 1996/97 direncanakan transmigrasi sebanyak 2.725 kk.

POTENSI

Berderunya kancah percaturan politik Reformasi di wilayah Nusantara rasanya tak bergema bagi penduduk di sekitar kawasan Andalan bukari. Hal tersebut menunjukan adanya kemantapan stabilitas politik wilayah otonom yang memungkinkan akan memberi rasa aman dan nyaman bagi para investor , terutama investor mancanegara (PMA).

Stabilitas politik yang mantap akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dengan target dan sasaran pertumbuhan yang mampu berkompetisi dengan baik, untuk menghadapi era perdagangan bebas. Sasaran pertumbuhan tampaknya akan bisa dicapai, bahkan mungkin dilampaui. Soalnya, masih banyak sumber daya alam yang belum dimanfaatkan atau kalaupun sudah dimanfaatkan, pengembangannya belum optimal. Di bidang perikanan, misalnya propinsi Sulawesi Tenggara punya potensi yang cukup besar yang bisa dikembangkan untuk memenuhi pasar dalam negeri maupun pasar internasional. Komoditas andalan dari sub sektor perikanan ini, antara lain, ikan tuna, cakang, teri layang, dan kerapu yang terdapat di Londano, Bungkinalo, Lakare, Runa dan Lasolo.

Di sektor pertanian lainnya, Sulawesi Tenggara memiliki potensi besar untuk menggenjot hasil-hasil pertanian tanaman pangan – lewat peningkatan mutu intensifikasi, perkebunan – dengan komoditas kelapa, kakao dan jambu mete, hortikultura – meliputi jeruk, mangga, rambutan, durian dan nanas. Didukung dengan lahan pertanian seluas 277.125 ha., Lahan persawah yang sudah diolah 11.459 Ha. dan cadangan areal sawah seluas 60.000 Ha. Untuk perkebunan terutama tanaman tebu seluas 26.000 ha, Padang penggembalaan seluas 14.530 ha.

Untuk sumberdaya air Kawasan Bukari mempunyai beberapa sungai yang debit rata-ratanya cukup besar antara lain; sungai Toari 5,0 m3/det, sungai Poleang 12,9 m3/det, Sungai Langkoala 6,5 m3/det dan Sungai Roraya 15,0 m3/det. Wilayah Sulawesi tenggara ¾ dari luas wilayahnya merupakan laut, dengan kawasan pantai untuk budidaya laut 1.788 Km2,potensi ikan laut 118.00 ton/tahun, dan budidaya tambak udang meliputi areal 7.092 ha. baru terolah seluas 3.632,4 ha.

Sektor lain yang punya peluang luas untuk dikembangkan di Sulawesi Tenggara adalah pariwisata, yakni dengan "mendandani" objek-objek wisata alam, bahari, agrowisata maupun pariwisata maupun budaya. Juga sektor pertambangan dan galian masih mungkin untuk dikembangkan lagi mengingat bumi Sulawesi Tenggara menyimpan aneka mineral dan bahan galian, seperti nikel (di Pomalaa dan Kolaka), aspal (di Buton) dan yang lainnya.

Masih banyak sektor-sektor yang potensial untuk dikembangkan dalam rangka mendongkrak kemajuan ekonomi Sulawesi Tenggara. Untuk menggarap berbagai potensi tersebut, Pemda propinsi Sulawesi Tenggara menetapkan beberapa kawasan andalan. Salah satu yang diprioritaskan adalah pengembangannya adalah Kawasan Andalan Bukari (akronim dari Buton, Kolaka dan Kendari).

KAWASAN ANDALAN BUKARI

Terpilihnya Kawasan Andalan Bukari sebagai Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang di unggulkan berdasarkan beberapa pertimbangan :

Pertama, kawasan andalan ini letaknya sangat strategis karena berada dalam posisi segi tiga yang menghubungkan wilayah Kabupaten Buton, Kolaka dan Kendari.

Kedua, memiliki sumber daya alam yang amat potensial untuk dikembangkan, berupa lahan pertanian, perkebunan, peternakan, potensi kelautan, kehutanan dan pertambangan serta kaya akan obyek wisata.

Ketiga, Kawasan Andalan Bukari memiliki prasarana perhubungan yang cukup lengkap dan memadai. Di sana terdapat pelabuhan laut Boepinang, Sikeli dan Tinanggea. Juga terdapat dua lapangan terbang (peninggalan PD II) di Bambae dan Tangke Tada. Kawasan ini pun dihubungkan dengan transportasi darat lewat jalan lingkar selatan, Sulawesi Tenggara dan jalan darat lintas Sulawesi bagian Barat dan Timur. Dengan demikian aksesibilitas kawasan andalan ini ke pusat-pusat Pemerintah di Sulawesi Tenggara maupun ke propinsi cukup lancar.

Luas Kawasan Andalan Bukari seluruhnya 495.010 hektar atau sekitar 12,97% dari luas wilayah Sulawesi Tenggara. Jumlah penduduknya 165.773 jiwa. Jadi kepadatan rata-ratanya adalah 33.06 jiwa per kilometer persegi, lebih rendah dari angka kepadatan rata-rata penduduk propinsi Sulawesi Tenggara. Secara administratif kawasan andalan ini meliputi tujuh kecamatan, yakni kecamatan Kabaena Timur, Kecamatan Kabaena Barat, Kecamatan Poleang Timur, Kecamatan Poleang, Kecamatan Rumbia, Kecamatan Watubangga dan Kecamatan Tinanggea.

Potensi yang bisa dikembangkan di Kawasan Andalan Bukari mencakup beberapa sektor ekonomi, mulai dari pertanian (termasuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan), pariwisata, kehutanan, hingga pertambangan. Namun yang diprioritaskan pengembangannya hanya sektor pertanian (dalam arti luas) dan pariwisata.

garis01.gif (11170 bytes)

Created by Ir. Asrun, M.Eng.Sc dan Rekan
Send e-mail to : Rehab@kendari.wasantara.net.id
Copyright © 1998 Dinas PU Sultra. All rights reserved.
Last Updated : January 17, 1999 19:40